Isolasi kurkumin dari kunyit dapat dilakukan menggunakan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Hal yang pertama dilakukan adalah melarutkan 20 gram rimpang kunyit kering dengan diklorometana kemudian direfluks selama 1 jam. Hal ini dimaksudkan agar senyawa-senyawa kurkumin dalam kunyit tersebut benar-benar larut dalam pelarutnya. Kemudian antara filtrat dan residunya dipisahkan dengan penyaringan vakum. Filtrat (ekstrak kurkumin) ini mengandung senyawa-senyawa kurkumin. Penggunaan diklorometana dikarenakan hal – hal berikut:
- Kelarutan yang tinggi
- Cepat menguap
- Selektif
- Toksisitas rendah
- Tidak mudah terbakar
- Murah mudah didapat
Setelah didapat filtrat (ekstrak kurkumin), pemisahan secara kromatografi dapat dilakukan terhadap ekstrak kurkumin tersebut. Kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fasa yang berbeda. Dua fasa tersebut adalah
a. Fasa Diam
Merupakan fasa yang tidak bergerak. Umumnya senyawa yang digunakan adalah silica gel (SiO2) dan alumina (Al2O3).
b. Fasa Gerak
Merupakan fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen yang akan dipisahkan. Fasa gerak yang digunakan adalah suatu pelarut organik atau campuran beberapa pelarut organik.
Macam-macam kromatografi
a. Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
b. Kromatografi Penukar Ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, sistem ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarangdan asam amino.
c. Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
d. Elektroforesis
Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
e. Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi sutu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada beberapa faktor berikut:
- Pemilihan adsorben sebagai fasa diam
- Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak
- Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlahmaterial yang akan dipisahkan
- Laju elusi atau aliran fasa gerak
Semua jenis kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-molekul yang dinamis dan cepat diantara dua fasa. Kesetimbangan tersebut bergantung pada:
- Kepolaran dan ukuran molekul yang akan dipisahkan
- Kepolaran fasa diam
- Kepolaran fasa gerak
Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi komponen kurkumin dari campurannya. Pada kromatogarfi kolom digunakan kolom dengan adsorben sillika gel karena kolom yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. Silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal.
Silica gel ada 2 macam:
- GF245, dengan G melambangkan gypsum (CaSO4), F melambangkan floroscene, dan angka 245 menunjukkan besarnya panjang gelombang yaitu, 245 nm. Silika jenis ini sering digunakan pada kromatografi lapis tipis (TLC).
- H, dengan tanpa adanya gypsum dan floroscene. Silika jenis ini biasa digunakan pada kromatografi kolom.
Silica gel dapat membentuk ikatan hidrogen di permukaannya, karena pada permukaannya terikat gugus hidroksil. Oleh karenanya, silica gel sifatnya sangat polar. Sementara itu, fasa gerak yang digunakan (dalam percobaan ini, CH2Cl2 : CH3OH = 99 : 1) sifatnya non-polar. Maka pada saat campuran dimasukkan, senyawa-senyawa yang semakin polar akan semakin lama tertahan di fasa stasioner, dan senyawa-senyawa yang semakin tidak (kurang) polar akan terbawa keluar kolom lebih cepat.
Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan :
a. Kromatografi fase normal
Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya “normal” bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar.
b. Kromatografi fase balik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal.
Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben silika gel harus senantiasa basah karena, jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk dari silika gel bisa retak, sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain itu, kondisi yang senantiasa basah berperan untuk memudahkan proses elusi (larutan melewati kolom) dalam kolom.
Senyawa kurkumin dapat mengalami penurunan dengan lepasnya gugus –OCH3 dalam setiap penurunan. Kurkumin akan mengalami dua kali penurunan, dimana turunan pertamanya adalah demetoksi kurkumin dan turunan keduanya adalah bis-demetoksi kurkumin. Urutan sifat kepolaran dari yang paling polar adalah kurkumin, demetoksi kurkumin, dan bis-demetoksi kurkumin. Pada kromatografi lapis tipis bis-demetoksi akan terelusi terlebih dahulu karena bersifat paling tidak polar. Kemudian akan disusul oleh demetoksi kurkumin yang bersifat polar. Adapun kurkumin akan terelusi paling akhir (berada paling bawah) karena sifatnya yang paling polar. Perlu diingat bahwa penurunan ini tak mungkin terjadi dengan hanya dengan melakukan kromatografi, tapi ada perlakuan khususnya. Hal ini dikarenakan fasa diam yang digunakan (silica gel) bersifat polar dan fase geraknya bersifat lebih non polar (CH2Cl2 : CH3OH, 99 : 1).
Setelah daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Namun yang perlu diingat adalah penggunaan Rf sebagai acuan sebaiknya adalah yang diperoleh dari percobaan yang bersamaan dan bukan dari referensi. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi besaran nilainya.
Mei 9th, 2010 at 21:22
makasih atas infonya…,
Mei 9th, 2010 at 22:29
sama-sama……
Oktober 23rd, 2010 at 03:37
alhamdulillah
jazakallah khaiir
(lagi, rasanya saya ini langganan kang asyhar dan kang wahyu)..
‘afwan
November 4th, 2010 at 23:53
syar kenapa yg pertama demetoksi kurkumin ya? bukannya bisde paling nonpolar karena uda kehilangan dua gugus metoksi?? sedangkan demetoksi hanya kehilangan satu
November 5th, 2010 at 02:24
saya sebenarnya juga masih bingung, seinget saya itu penjelasan dari kak danang, dan emang ada asisten lain yang punya pendapat berbeda…
November 29th, 2010 at 18:00
terima kasih infonya 🙂
Oktober 9th, 2011 at 03:06
woi moro!!!! salam buat anak pandawa
tetep ketuan dari muka ente…
Oktober 9th, 2011 at 03:32
hmm…ini siapa ya? moro? anak pandawa? gak ngerti saya ini…
April 26th, 2012 at 21:32
mkasihh infoonya,,,,
klo pda uji klt ternyata rf nya sama itu gmn?? menandakan senyawa itu sama ga?
mksiihhhh
April 26th, 2012 at 23:26
iya, klo 2 senyawa dg rf yg sama menandakan kedua senyawa itu sama, coba aja dalam satu pelat tapi 2 bercak/totolan yang beda, trus lihat rf nya……
November 3rd, 2012 at 19:55
makasih, sedikit membantu
oh iyaa kalo bisa cantumkan juga referensi daftar pustakanya, jadi kan lebih terpercaya 🙂
November 3rd, 2012 at 20:16
terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf untuk referensi tidak akan saya cantumkan karena ini sebatas sharing apa yang pernah saya kerjakan dipraktikum dan mudah2an blog2 seperti ini hanya sebatas untuk cari pandangan-pandangan saja terhadap suatu topik, tapi kalau mau diskusi silahkan….
April 27th, 2013 at 09:26
bukannya yg terelusi lebih dulu itu yang bidesmetoksi curcumin? bidesmetoksi curcumin lebih nonpolar, jd lebih mudah terbawa fase gerak yang sifatnya nonpolar jg,,,,
April 27th, 2013 at 10:34
iya, bener
makasih atas koreksinya, mugkin nanti akan diperbaiki redaksinya
April 28th, 2013 at 08:52
iyaa sama2,,,,
kan kita saling belajar….
November 22nd, 2013 at 06:20
tolong lampirkan data nilai rf secara umum
November 22nd, 2013 at 07:59
maksudnya apa ya?
sepengetahuan saya ya gak bisa secara umum karena nilai rf itu tergantung zat uji, pengembang, dan fase diam
kalo pengembang & fase diam udah spesifik nilai rf baru bisa diperkirakan secara umum